MAHARMUSTIKA: Mustika Kuda Sembrani , Dimaharkan Batu Mustika Keramat dan Berbagai Benda Tarikan Ghaib Bertuah, batu permata, mustika ampuh, mustika saktiKuda Sembrani adalah hewan mitologi yang diambil dari cerita legenda masyarakat Nusantara yang menggambarkan seekor kuda bersayap yang dapat terbang dan sangat berani. Kuda ini dipercaya berbentuk seperti mitologi Yunani yaitu Unicron. Kuda ini apabila di dunia nyata dipercaya akan menjadi mustika. Dalam cerita pewayangan kuda Sembrani adalah kuda tunggangan Batara Wisnu. Sementara menurut hikayat rakyat Jawa, Sembrani merupakan alat transportasi bagi raja, ratu dan senopati yang konon menurut cerita bila bepergian selalu menggunakan kuda Sembrani agar dapat dengan mudah dan cepat sampai ditujuan. Dipercaya Kuda Sembrani adalah tunggangan para raja-raja Indonesia jaman dahulu untuk melakukan teleportasi karena mitosnya sekali kepakan sayap kuda Sembrani, bisa berjalan sejauh ratusan kilomater. Kisah Tanah Jawa dalam video Youtube mengatakan bahwa raja-raja menggunakan kuda ini untuk berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah. Sejarah Kuda Sembrani menurut Jawa dan Islam Dahulu kala di tanah Jawa ada suatu kerajaan besar yang bernama Mataram. Kerajaan Mataran waktu itu diperintah oleh seorang raja yang sangat sakti, bergelar Sultan Agung. Suatu hari di sela-sela tapa bratanya, Kanjeng Sultan Agung mendapat wisik petunjuk gaib berupa suara yang membisikkan agar ia mempekerjakan seorang abdi yang bernama Ki Bodho. Apabila ia telah mempekerjaan Ki Bodho, maka Kerajaan Mataram akan tenteram, damai, dan segenap rakyatnya dapat hidup sejahtera. Setelah mendapat wisik tersebut segeralah Kanjeng Sultan Agung menyebar para abdinya ke seluruh wilayah Kerajaan Mataram untuk mencari seseorang yang bernama Ki Bodho. Setelah orang yang bernama Ki Bodho itu diketemukan dan dihadapkan pada raja, Sultan pun segera berkata, “Ki, aku ingin minta bantuanmu untuk mengusahakan agar ketenteraman seluruh negeri dan kesejahteraan hidup seluruh rakyat dapat terjamin.” “Ampun, baginda,” kata Ki Bodho. “Hamba ini hanyalah orang bodho bodoh dan tidak tahu apa-apa. Bagaimana hamba dapat membantu baginda membuat negeri menjadi tenteram dan sekaligus mensejahterakan rakyat.” “Jangan begitu, Ki,” kata baginda lagi. “Aku tahu, bahwa Ki Bodho memiliki kelebihan. Maukah Ki Bodho menyumbang sesuatu untuk kepentingan negara dan rakyat?” “Kalau baginda yang memerintahkan, apapun yang harus hamba lakukan, hamba tidak akan mengelak,” kata Ki Bodho. “Bagaimana kalau tugas berat?” tanya baginda. “Bagaimana pun beratnya, hamba selalu sendika melaksanakannya,” kata Ki Bodho. “Jadi, Ki Bodho bersedia menjadi abdiku?” tanya baginda. “Kalau Kanjeng Sultan menghendaki, hamba siap untuk menjadi abdi bagi Kanjeng Sultan,” kata Ki Bodho. “Setelah kamu menyatakan kesanggupan sebagai abdiku, maka sekarang aku minta agar kamu memberi saran untuk meningkatkan ketenteraman negeri dan kesejahteraan segenap rakyat,” kata baginda. Setelah berpikir sejenak, Ki Bodho pun berkata, “Sebaiknya baginda memelihara seekor kuda Sembrani.” Kanjeng Sultan segera saja menerima saran dari Ki Bodho, padahal kuda sembrani kuda yang mempunyai sayap dan dapat terbang konon hanya terdapat di Mekkah saja. Namun, bagi Kanjeng Sultan Agung pergi ke Mekkah untuk mengambil kuda sembrani bukanlah hal yang mustahil, sebab kabarnya setiap hari Jumat ia selalu pergi ke Mekkah untuk menunaikan sholat Jumat. Singkat cerita, Kanjeng Sultan Agung segera pergi ke Mekkah untuk membeli kuda sembrani. Sesampainya kembali ke Mataram, kuda tersebut lalu diserahkan kepada Ki Bodho yang diserahi tugas sebagai pekathik abdi dalem yang bertugas memelihara dan mencari rumput untuk makan kuda istana. Ternyata Ki Bodho juga memiliki kemampuan yang luar biasa, sebab rupanya sang kuda sembrani itu lebih senang makan rumput dari tanah Arab daripada rumput yang ada di Kerajaan Mataram. Oleh karena itu, untuk memberi makan kuda sembrani peliharaan Sultan, ia setiap hari harus pergi ke Mekkah untuk mencari rumput. Kelakuan Ki Bodho yang setiap hari pergi ke Mekkah ini secara tidak sengaja beberapa kali terlihat oleh Kanjeng Sultan. Hal ini terjadi ketika Kanjeng Sultan tengah menunaikan sholat Jumat di Mekkah. Sebelum masuk ke masjid ia selalu melihat sebuah keranjang dan caping tudung kepala sejenis topi yang terbuat dari babu khas Kerajaan Mataram yang teronggok di pagar samping masjid. Karena penasaran, pada suatu hari seusai bersembahyang Jumat, Kanjeng Sultan langsung mendekati caping dan keranjang itu lalu mencoretinya dengan injet kapur sirih. Selesai memberi tanda pada keranjang dan caping itu dengan injet. Kanjeng Sultan Agung segera pulang ke Mataram. Sesampai di Keraton Mataram, ternyata Ki Bodho sudah asyik memberi makan Kuda Sembrani. Baginda lalu mendekat sambil mengamati keranjang dan caping Ki Bodho. Ternyata keranjang dan caping itu ada tandanya ijet. Jelaslah, kerancang dan caping itu adalah keranjang dan caping yang tadi dicoretnya di depan Masjid Mekkah. Dengan peristiwa itu, tahulah baginda bahwa Ki Bodho adalah seorang sakti yang memiliki kemampuan luar biasa. Suatu hari, ternyata Kuda Sembrani itu dapat lolos dari kandangnya, padahal palang-palang pintu kandang itu sudah ditutup kokoh. Rupanya mereka lupa, bahwa Kuda Sembrani itu dapat terbang sehingga dapat dengan mudah melarkan diri melalui tutup keyong[1] pada kandang itu. Lolosnya Kuda Sembrani itu, membuat sedih hati Gusti Ratu Puteri, permaisuri Kanjeng Sultan Agung. Cepat-cepat Gusti Ratu Puteri berlari, maksudnya akan mengejar Kuda Sembrani. Namun, karena waktu itu Gusti Ratu sedang mengandung, maka larinya pun menjadi tersendat-sendat. Melihat hal itu Ki Bodho segera berkata, “Jangan, Gusti. Jangan berlari mengejar kuda itu,” kata Ki Bodho kepada Gusti Ratu Puteri. “Kuda itu dapat terbang. Tak mungkin Gusti dapat mengejarnya.” “Kuda itu adalah klangenanku. Bagaimanapun, aku harus mengejarnya,” jawab Gusti Ratu Puteri “Serahkan saja tugas itu kepada hamba,” kata Ki Bodho. “Hamba sanggup membawa kembali kuda itu ke keraton.” “Tidak, Ki. Aku harus menangkap kuda itu,” kata Gusti Puteri sambil terus berlari Sementara itu, Kuda Sembrani yang lolos dari kandang itu terus terbang ke arah selatan, dan Gusti Ratu Puteri lari sekencang-kencangnya mengejar kuda itu. Karena dipergunakan untuk berlari kencang mengejar Kuda Sembrani itu, maka gugurlah kandungan Gusti Ratu Puteri. Tempat gugurnya kandungan Gusti Ratu Puteri itu, lalu dinamakan Banyu Tetes terletak di Gunung Permoni, sebelah selatan Plered, wilayah Kota Gede. Di tempat itu kemudian dibuatkan sebuah cungkup. Jadi, cungkup yang terletak di Gunung Permoni itu, bukanlah makan seseorang, melainkan tempat untuk menguburkan kandungan Gusti Ratu Puteri yang gugur. Saat Gusti Puteri menyesali perbuatannya, tiba-tiba muncullah dihadapannya seorang wanita yang canti jelita. Terkejutlah Gusti Ratu Puteri, menyaksikan kehadiran wanita yang sangat tiba-tiba itu. “Hai, siapakah kamu?” bertanya Gusti Ratu Puteri dengan sangat terkejut. “Hamba mengetahui, bahwa Gusti Ratu Puteri mengejar-ngejar kuda sembrani itu,” kata wanita yang berdiri di depan Gusti Ratu Puteri. “Siapakah kau?” tanya Gusti Ratu Puteri lagi. “Hamba sanggup menangkapnya dan mengembalikannya ke keraton, asal Gusti Ratu Puteri bersedia mengabulkan permohonan hamba,” kata wanita itu lagi. “Apapun yang kau minta akan kuberikan, asal kuda kesayanganku itu dapat kembali,” kata Gusti Ratu Puteri. “Baiklah kalau begitu,” kata wanita itu. “Siapakau kau?” tanya Gusti Ratu Puteri. “Hamba itu Ratu Permoni[2],” jawab wanita itu. “Sekarang saya harap Gusti Ratu Puteri pulang ke keraton. Hamba akan mengantarkan kuda itu ke keraton.” “Apakah yang kau minta, untuk imbalan jerih payahmu itu?” tanya Gusti Ratu Puteri. “Hamba ingin diperisteri oleh Kanjeng Sultan Agung,” jawab Ratu Permoni. Mendengar jawaban itu, tertegunlah Gusti Ratu Puteri. Tetapi sudah terlanjur. Beliau sudah menyanggupi. Pada waktu Gusti Ratu Puteri kembali ke keraton, Kuda Sembrani klangenan baginda dan Gusti Ratu Puteri, ternyata telah sampai di Keraton. Sejak itu, maka Ratu Permoni atau Kanjeng Ratu Kidul, menjadi isteri Kanjeng Sultan Agung. Sumber Diadaptasi bebas dari Suwondo, Bambang. 1981. Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. MustikaKuda Sembrani, ilmu kuda sembrani, poto kuda sembrani, keris kuda sembrani, kuda sembrani gunung lawu, asal usul kuda sembrani, kuda sembrani di palestina, batu kuat sek, batu akik kuat sek, mustika pembangkit birahi wanita, jimat kuat sek, mustika kuat bersetubuh, batu kuat lelaki, mustika kuat zakar, cincin tahan mani
Dalam mitologi Yunani dikenal pegasus, sejenis hewan yang menyerupai kuda bertanduk yang dapat terbang karena memiliki sayap. Di Jawa, juga terdapat hewan yang menyerupai pegasus yang disebut kuda sembrani. Kuda Sembrani konon merupakan hewan tunggangan dari para raja-raja Jawa. Seekor kuda bersayap yang dapat terbang ini dikisahkan sangat berani. Bahkan, bagi sebagian masyarakat Jawa, keberadaannya dianggap sebagai mustika. Lalu bagaimana kisah tentang kuda sembrani? Dan apakah mitologi ini begitu melekat bagi masyarakat Jawa? Berikut uraiannya 1. Tunggangan raja Sultan Agung bambangsujarwanto/Instagram Bambang Suwondo dalam Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta seperti dinukil dari Hewanpedia menyebutkan dalam cerita pewayangan, kuda sembrani dikisahkan sebagai kuda tunggangan Batara Wisnu. Sementara menurut hikayat rakyat Jawa, sembrani merupakan alat transportasi bagi raja, ratu dan senopati. Konon para petinggi kerajaan itu sengaja bepergian menggunakan kuda sembrani agar lebih muda dan cepat sampai tujuan. Kemampuan terbang kuda sembrani dikenal luar biasa. Dalam sekali kepakan sayap, kuda sembrani dapat melesat sejauh ratusan kilometer. Konon, para raja Mataram sengaja menggunakan kuda sembrani untuk berangkat ke Makkah guna menunaikan ibadah haji. “Salah satu raja Jawa yang konon biasa menggunakan kuda sembrani untuk pergi ke Makkah adalah Sultan Agung yang memimpin Mataram Islam,” ujar Bambang. 2. Kuda sembrani bagi orang Jawa Tapak jaran sembrani Jogjabelajar Mitos mengenai kuda sembrani tidak hanya berasal dari kalangan istana, rakyat Jawa pun banyak yang mempercayainya. Misalnya kisah kuda sembrani muncul di Desa Jenalas, Gemolong, Sragen. Cerita rakyat mengenai kuda sembrani dikisahkan secara lisan oleh warga sekitar secara turun temurun. Bahkan konon penamaan Desa Jenalas berawal dari cerita warga sekitar yang memergoki keberadaan hewan misterius tersebut. Bahkan warga mempercayai tapak kuda sembrani pernah ada di desa tersebut. Namun kini bekas tapak kuda itu sudah tidak terlihat jelas, karena tertutup genangan air dari sebuah sendang yang ada di desa tersebut. “Kuda sembrani warna putih dari langit lalu minum di sebuah sendang di tengah hutan. Ketiba beberapa penduduk mengintip atau nginjen, kuda sembrani itu pun terbang. Tempat penduduk mengintip atau nginjen kuda sembrani di hutan atau alas itu kini menjadi Desa Jenalas nginjen alas,” demikian ringkasan kisah terkait mitos kuda sembrani yang diwartakan laman resmi Pemkab Sragen dimuat Solopos. Tidak hanya di Desa Jenalas, Sragen, mitos kuda sembrani juga menyebar di banyak lokasi di Pulau Jawa. Bahkan sejumlah lokasi disebut sebagai petilasan si kuda mitologi. Misalnya di lereng Gunung Merbabu, tepatnya di pakis, Kabupaten Magelang. Beberapa seniman yang mempercayai mitologi kuda sembrani pun sampai menjalani ritual berbalut performa seni di bebatuan sungai di dusun setempat. Ada sejumlah lokasi ritual mereka di jalur irigasi pertanian warga. Para seniman ini biasanya melakukan pertunjukan di atas batu kali dengan tekstur nampak keras dan padat, serta warna hitam, bernama Tapak Jaran Sembrani. Jaran dalam bahasa Indonesia berarti kuda. Di atas permukaan batu terdapat legokan atau cekungan yang dipercaya bekas tapak kuda sembrani. Sementara itu mitos kuda sembrani bagi masyarakat bukan hanya cerita tutur, tetapi bagian dari kearifan lokal mereka dalam menautkan keyakinan. 3. Keberkahan dari kuda sembrani Ritual tapak kuda jembrani Antaranews Tiga sesepuh warga yang masing-masing mengenakan pakaian adat Jawa, Mbah Jumo 67, Mbah Darto 70, dan Mbah Slamet Suharno 53 menyajikan rangkaian cerita rakyat pada ritual yang digelar pada Sabtu 7/11/2020 siang. Cerita rakyat ini memiliki nilai kearifan lokal atas tapak kaki kuda sembrani. Dikisahkan tentang seorang bidadari yang mandi di Gerojokan Sekablak. Untuk kembali ke kayangan, sang bidadari dijemput kuda sembrani berparas ayu. Setelah take off, si kuda meninggalkan jejak berupa empat lubang di bebatuan sungai. Warga setempat melihat empat lubang dengan letak berdekatan mirip bekas lutut dan kaki kuda, masing-masing dua lubang. Hingga saat ini, lubang-lubang batuan selalu terisi air meskipun air sungai tidak sedang mengalir deras. Warga memanfaatkan air dari lubang-lubang batu itu untuk menyembuhkan penyakit belek, panas badan, dan penyakit ringan lainnya. “Setelah warga sembuh, lalu memberikan boreh berupa bunga kenangan dan mawar warna merah serta putih di bekas tapak kaki kuda sembrani itu,” papar Muh Khodiq Duhri.
Bagipenikmat wisata adrenalin dan penyayang binatang terutama hewan kuda, silakan sambangi tempat pacuan dan sekolah berkuda Santosa Stable. Ditunjang lokasi yang sangat sejuk lantaran berada di kawasan kaki gunung Ungaran dan hamparan sawah, menjadikan Santosa Stable jujugan favorit wisata alam di Semarang dan sekitarnya.GunungLawu. Ada beberapa tingkatan kekuasaan gaib di gunung Lawu yang masing-masing hidup di dalam komunitasnya sendiri-sendiri. Penguasa tertinggi di gunung Lawu adalah keluarga bangsa jin yang berwujud kuda sembrani, yaitu kuda berbulu putih kebiruan, bersayap, dan bertanduk lurus lancip di kepalanya, dan keluarga bangsa jin berwujud burung
PusakaDunia yang paling banyak dicari di google antara lain kuda sembrani gunung lawu, kuda sembrani di palestina, penampakan kuda sembrani, zakar kuat dan besar, ilmu zakar besar, mantra kuda sembrani,pelet kuda sembrani. Tags: Mustika Kuda Sembrani. Mustika Kuda Sembrani. Berat: 0.02 kg: Kondisi: Baru: